Bentuk – Bentuk Penyimpangan Seksual
kumpulan makalah |
Bentuk – Bentuk Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual ialah acara seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapat kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang dipakai oleh orang tersebut ialah memakai obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, menyerupai pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
Berikut ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual:
1.Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini ialah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang "mencari" pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.
2.Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melaksanakan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
3.Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan menunjukkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan menunjukkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.
4.Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan bekerjasama seksual. Setelah melaksanakan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melaksanakan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi sesudah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita sikap seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya biar sanggup membantu mengatasi keadaan mereka.
5.Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Kaprikornus pada penderita fetishisme, acara seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang sanggup meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapat kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melaksanakan hubungan seksual yang bahwasanya dengan pasangannya tersebut.
6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang arif balig cukup akal yang yang suka melaksanakan hubungan seks / kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
7.Bestially
Bestially ialah insan yang suka melaksanakan hubungan seks dengan binatang menyerupai kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
8.Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri menyerupai antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok
9.Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melaksanakan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayit / orang mati.
10.Zoophilia
Zoofilia ialah orang yang senang dan terangsang melihat binatang melaksanakan hubungan seks dengan hewan.
11.Sodomi
Sodomi ialah laki-laki yang suka bekerjasama seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan.
12.Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapat kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke badan perempuan di tempat publik / umum menyerupai di kereta, pesawat, bis, dll.
13.Gerontopilia
ialah suatu sikap penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak gangguan seksual menyerupai voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme, pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Keluhan awalnya ialah merasa impoten bila menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, lantaran merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang bahwasanya justru bisa berdiri lagi bila ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek).
Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga bisa menyayangi dirinya (autoerotik), menyayangi orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan sanggup jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi sikap menyimpang dalam sikap seksual amat banyak. Manusia walaupun diciptakanNya tepat namun ada keterbatasan, contohnya insan itu satu-satunya makhluk yang verbal dan hidungnya tidak bisa menyentuh genetalianya; seandainya sanggup dilakukan mungkin insan sangat menyayangi dirinya secara menyimpang pula.
Hal itu sangat berbeda dengan hewan, hampir semua binatang bisa mencium dan menjilat genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla) yang sulit mencium genetalianya. Barnobus satu-satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama dengan manusia. Hewanpun juga banyak yang mempunyai penyimpangan sikap seksual menyerupai pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit, contohnya ada binatang yang homoseksual, sadisme, dan sebagainya.
Kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat lantaran umumnya si pelaku aib untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka ialah anggota masyarakat biasa yang juga mempunyai keluarga (anak & istri/suami) serta sanggup menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal bahkan kadang kala mereka dikenal sebagai orang-orang yang berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti bahwa kasus tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia
Contoh Kasus
Sebut saja si pelaku berinisial "S". S mulai menceritakan riwayat hidupnya sebagai seorang anak laki-laki yang ketika berumur 4 tahun ayahnya meninggal dunia, dan selanjutnya ia diasuh oleh kakek dan neneknya. Kehidupan masa kecilnya bersama nenek dan kakeknya cukup bahagia, S sanggup mengikuti pendidikan formal dengan baik. Setelah lulus SMA, S pindah ke kota lain lantaran diterima di salah satu Fakultas Kedokteran Negeri di Sumatera dan kesudahannya berhasil menjadi seorang dokter.
Ketika di Sekolah Menengan Atas banyak waktu dihabiskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di masjid atau surau menyerupai kawan-kawan sebayanya di sana. Meski telah menjadi seorang dokter, ada kenangan yang sulit dilupakan lantaran pada ketika S banyak melaksanakan kegiatan di surau, ia mempunyai kenalan yang sangat dekat yaitu seorang kakek yang banyak mengatakan perhatian, bantuan, dorongan, kesenangan dan kepuasan bagi S sebagai seorang remaja. Pada ketika S kuliah di kota lain hubungan tetap terjalin, tiap malam ahad ia pulang menyerupai remaja lain mengunjungi pacarnya. Namun pacar S ini lain dari yang lain yaitu seorang kakek yang ubanan, higienis dan ganteng, katanya. Apa yang dilakukan antara kakek dan remaja tersebut ternyata bercinta secara homoseksual. Hal itu dilakukan cukup usang semenjak Sekolah Menengan Atas kelas I hingga S lulus menjadi dokter, pada hal si kakek tersebut punya anak dan punya istri. Cara bercintanya juga sangat rapi lantaran tidak ada yang tahu, baik pihak keluarga kakek maupun keluarga S, termasuk kawan-kawan sebayanya. Rupanya apa yang dilakukan kedua insan berbeda usia dan sejenis tersebut membahagiakan kedua belah pihak, lantaran kedua belah pihak merasa sulit untuk berpisah.
Untuk menjaga kelestarian hubungan antara keduanya, kakek mengatakan kepada S biar menikah dengan anak perempuannya berjulukan (K). S sudah cukup kenal dengan K walaupun merasa tidak cinta, menyerupai cintanya terhadap ayah K. Namun kesudahannya S nikah dengan K lantaran ada udang dibalik watu biar tetap dekat dengan ayah K. Dalam kehidupan sebagai suami istri S menjalaninya biasa-biasa saja, namun hubungan dengan kakek juga tetap dijalankan, bahkan merasa lebih bebas lantaran satu rumah. Kadang-kadang ia bermesraan sama kakek yang kini ialah mertua, namun kadang kala bermesraan sama K sebagai istri.
Dalam bathin S sering timbul perasaan bahwa cintanya terhadap istri cukup sebagai simbol status sosial, lantaran secara umum hal itu merupakan suatu yang masuk akal bahwa laki-laki berpasangan dengan wanita. Namun disisi lain S merasa sangat menyayangi kakek dan merasa lebih bernafsu dalam bercinta. Bahkan S merasa terangsang dengan istri bila habis bermesraan dengan kakek, entah bagaimana caranya. Keadaan itulah yang terus terbawa hingga ketika ini. S merasa bernafsu dengan istrinya apabila habis bercinta dengan si kakek.
Kehidupan memang tidak pernah akan berlanjut dengan mulus bagi S untuk bermesraan dengan dua orang, dimana satu sama lain tidak menunjukkan kecumburuan dan kecurigaan dan dua-duanya memberi kepuasan pada dirinya. Setelah S dengan K mempunyai anak pertama, si kakek meninggal dunia. S pada awalnya merasa shock lantaran pasangan yang sangat dicintainya telah tiada dan S kemudian mencurahkan perhatiannya kepada anak dan istrinya serta pekerjaannya sebagai pegawai negeri.
Waktu berlalu dengan cepat, hingga kesudahannya S sudah berpindah-pindah kota dan sudah menduduki jabatan penting. Suatu ketika S ditawari untuk pindah ke Jakarta dan ia tentu saja merasa sangat senang lantaran sanggup bekerja di pusat. Setelah berada di Jakarta S merasa senang bila mendapat kiprah mendampingi tamu bule laki-laki untuk keliling daerah.
Menurut S umumnya orang bule senang diajak main cinta dengan dia, sehingga cita-cita S untuk bertemu idamannya yaitu laki-laki, sudah cukup tua, rambutnya putih dan klimis, apalagi mau diajak bercinta semakin menggebu lagi. Ketika hal itu sanggup dilakukan S maka ia merasa senang dan merasa bernafsu untuk bercinta dengan istrinya. Selain itu hubungan S dengan istrinya tidak uring-uringan dan keduanya merasa bahagia, walaupun keadaan S mungkin tidak diketahui oleh istrinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat sikap S terlihat biasa-biasa saja namun sebagai seorang spesialis medis ia mendapat kesulitan bila menemui pasien menyerupai yang diidamkannya yaitu laki-laki cukup tua, rambut putih, penampilan higienis dan klimis. Setiap bertemu pasien menyerupai itu S pribadi naksir dan amat tertarik. Kata S, secara naluri ia tahu apakah orang yang dihadapi (diperiksa) itu mau diajak bercinta atau tidak, sehingga hal itu menyebabkan konflik, antara kiprah profesi dan dorongan nalurinya yang tidak pada tempatnya.
Untuk menjaga profesinya itu S sangat hati-hati jangan hingga belakang layar dirinya diketahui oleh para pasiennya. Dalam keadaan inilah S sering merasa terganggu ketenangannya sehingga di rumahpun ia gampang menjadi emosional dan uring-uringan. Keadaan menyerupai itu terus berlanjut hingga usianya berkepala lima. Dorongan ingin bertemu dengan idamannya sangat kuat. Saking kuatnya cita-cita tersebut, suatu ketika S mencoba mendekati bencong di pinggir jalan di sekitar sebuah taman di Jakarta pada ketika bencong mejeng di sana. Begitu gampang berkenalan dengan bencong bagi S, namun S menjadi terkejut dan takut lantaran sikap bencong ternyata lain dengan yang di bayangkan S. Kata S bencong yang ditemuinya ternyata lebih feminin dari wanita, sehingga ia galau bagaimana cara merayunya untuk bercinta, sehingga S teringat pada istrinya dan impulsif meninggalkann bencong tersebut.
Contoh kasus di atas menggambarkan bahwa penyimpangan (deviasi) seksual kadang kala memang merupakan sesuatu yang aneh. Misalnya kenapa S menjadi bingung, obsesif, cemas hanya lantaran ingin ketemu untuk bercinta dengan orang yang sudah bau tanah dan sejenis (homo), padahal beliau sudah punya anak dan istri. Kasus tersebut juga heteroseksual (punya istri) namun juga biseksual lantaran sanggup bercinta dengan sejenis maupun lawan jenis. Disisi lain S juga mengeluh impotensi terhadap istri, walaupun hal itu tidak bersifat permanen, bahkan bila sesudah ketemu idamannya untuk bermain cinta, ia menjadi bernafsu lagi.
Menyikapi masalah-masalah menyerupai dalam contoh kasus tersebut, kita semua dituntut untuk mempunyai ketahanan mental biar tidak gampang terpengaruhi untuk melaksanakan hal-hal yang tidak sewajarnya sehingga kesudahannya menjadi menyimpang. Untuk memperoleh ketahanan mental tersebut kita sudah diberikan pola dan anutan berupa norma-norma agama, norma etika maupun norma sosial. Oleh lantaran itu berperilakulah yang normatif dalam arti bertingkahlaku mengikuti norma agama, norma etika dan norma sosial yang berlaku.
0 Response to "Bentuk – Bentuk Penyimpangan Seksual"
Posting Komentar